Minggu, 05 September 2010

ISTIGHOSAH, TAHLIL DAN DO'A BERSAMA

DO'A ISTIGHOSAH
Malam 27 Ramadahan masjid Al-Istiqomah mengadakan acara Istighosah, Tahlil dan Do'a bersama. Acara ini diadakan untuk menggugah para jama'ah untuk lebih menginterospeksi diri (muqasabah) apa yang telah kita lakukan selama bulan puasa. Acara dimulai dengan Sholat Isya' dan Tarawih bersama yang dipimpin oleh Ketua Ta'mir yaitu Ustadz Dahrozi. Adapun rangkaian acaranya adalah sebagai berikut :


1. Pembukaan yang disampaikan oleh Ustadz Nanang Zubaidi
2. Sambutan Ta'mir Masjid oleh Ustadz Dahrozi
3. Pembacaan Istighosah oleh Bapak Abdul Munir
4. Pembacaan Yasin oleh Bapak Sahid
5. Maidhoh Hasanah dan Do'a oleh KH. Kholilurrohman

Dari sambutan yang disampaikan oleh ustadz Dahrozi menegaskan perlunya menjaga kerukunan umat Islam yang selama ini sering dinodai dengan perbedaan golongan yang seharusnya tidak perlu dibesar-besarkan, Juga mengingatkan para jama'ah tentang besarnya jasa para orang tua yang selama ini sering kita lupakan.
Saat acara mauidhoh hasanah oleh KH. Qolilurrohman beliau mengingatkan kita akan manfaat puasa dan pentingnya belajar Al-Qur'an bagi putra-putri kita sebagai penerus perjuangan Islam.
Acara berjalan dengan lancar dan diikuti semua jama'ah baik putra maupun putri hingga selesai jam 22.30.

Dari kanan ke kiri
(Bp. Sahid, Ust. Nanang, Ust. Dahrozi, Bp. Munir)

Mauidoh Hasanah oleh KH. Kholilurrohman

Jama'ah putri dengan serius membaca Do'a Istighosah

Ta'mir Masjid Al-Istiqomah Desa Socorejo Jenu Tuban

Ada juga yang sibuk bicara sendiri


Jama'ah putra sedang khusyuk membaca do'a tahlil

Para remaja lebih memilih di luar masjid. Lebih santai


Menembus batas antara yang muda dan yang sepuh

Selasa, 31 Agustus 2010

MEMBANGUN KESOMBONGAN


Sudah menjadi kebiasaan kami di bulan ramadhan setiap selesai shalat tarawih selalu berkumpul di teras masjid, sambil menunggu tadarusan dan sekali-kali ikut mencicipi jajan yang dihidangkan para dermawan. Sambil ngobrol ngalor ngidul memperbincangkan hal-hal mengenai ramadhon sampai tengah malam, bagi kami hal itu bukan kebiasaan jelek karena topik yang menjadi obrolan kami bukan hal yang berbau sara. Maksudnya tidak ngrasani orang atau menjelek-jelekan orang, tapi yang namanya orang terkadang ada saja bagian dari kami yang nyrempet-nyrempet mulai membahas hal-hal yang tidak baik, dan biasanya dari kami ada yang mengingatkannya.

Malam itu saya tengok dari balik tpa ada dua orang yang sudah menunggu anggota cangkruk ramadhon, saya sebut cangkruk ramadhon karena hal ini hanya terjadi di bulan romadhon. Saya lihat pak Dahrozi ketua takmir dan Pak Bakir Sodiq yang sedang duduk-duduk di teras masjid, mereka berdua terlihat obrolan serius, akhirnya saya ikut bergabung dan sesekali saya ikut mendengarkan topik yang diperbincangkan yaitu tentang hasil infaq dan zakat mal. Memang saat ini masjid sedang giat-giatnya mencari sumbangan, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Memang momentnya juga sangat tepat karena dibulan ramadhon banyak orang yang mendadak menjadi malaikat, yang biasanya tidak pernah nyumbang masjid tiba-tiba mengeluarkan uang jutaan untuk disumbangkannya, seperti saya juga he he.. ... semua ini tak lain dan tak bukan karena berharap surganya Allah. Lalu bagaimana jadinya kalo tiba-tiba surga dihapus, barangkali mereka banyak yang minta uangnya dikembalikan ya?.
Saking semangatnya takmir masjid mencari sumbangan sampai kotak infaq yang kecil diganti dengan ukuran jumbo dan dipasang di setiap pintu. Sebenarnya dalam hati ini saya ingin tertawa apakah dengan kotak infaq yang sebesar itu akan mengetuk hati para si bakhil-bakhil itu? Toh dengan kotak yang kecilpun para dermawan akan tetap memberikan sebagian hartanya.
Selang beberapa saat Pak Munir yang menjadi ketua panitia zakat mal datang. Sambil pasang wajah serius dia bergumam “ Kapan ya masjid ini megah?” untuk yang kedua kalinya hati saya terusik. Akhirnya saya menyela, “ Untuk apa masjid dibangun semegah itu?” dengan sedikit emosional pak munir menjawab “ Sampeyan ini melunturkan semangat Ta’mi, seharusnya masjid ini sudah selayaknya megah” saya kembali bertanya karena belum menemukan jawaban. “ Apakah masjid ini tidak layak untuk dipakai sholat?” pak munir yang merasa dikejar semakin emosional “ Kita seharusnya malu karena hanya masjid ini yang ketinggalan bangunannya, di tempat-tempat lain semua masjid sudah bagus” akhirnya saya terdiam sejenak sambil mendinginkan suasana, pak Dahrozi dan Pak Bakir hanya senyum-senyum mendengarkan perdebatan kami seolah-olah mereka ingin perdebatan kami semakin panas. Memang itulah kami jika berdebat saling mempertahankan argumen masing-masing kalau sudah selesai kembali guyonan. Akhirnya dengan perlahan-lahan saya menjelaskan kepada pak Munir yang lagi semangat, “Begini pak, yang paling mendesak dari masjid ini adalah perluasan halamannya, bukan dari kemegahan bangunannya, kemegahan masjid akan menjadikan peluang kita untuk sombong semakin besar” dengan intonasi yang sedikit melemah pak munir kembali bertanya “ Bagaimana koq Bisa menjadi kesombongan? Justru itu salah satu syiar Islam?” belum selsai pak Munir bicara saya menyela “ Sampeyan sudah tahu jawabannya, Kalo ingin syiar islam bukan masjidnya yang dibangun tapi jama’ahnya yang harusnya didekatkan kepada masjid ” Kali ini pak Munir menerima argumen yang saya utarakan dan kali ini pak Dahrozi pun setuju dengan argumen saya dan ikut menimpali “ Yang paling mendesak adalah perluasan, sedangkan rehab masjid kita sambil berjalan pelan-pelan sambil menunggu uang dari langit”
Memang fenomena pembangunan masjid secara besar-besaran lagi trend saat ini, mereka yang mempunyai masjid yang bagus seolah tidak rela jika masjidnya kalah bagus dari desa lain dan dengan kesombongan masing-masing mereka saling menonjolkan kemegahan masjidnya entah itu ornamennya yang bergaya timur tengah atau kubah yang sangat besar, bahkan untuk mewujudkan kesombongan itu mereka tak segan-segan mengemis di jalanan. Padahal jika dilihat dari kelayakannya masjid yang dibongkar sebagian besar masih sangat layak digunakan untuk ibadah. Lalu apa dan maksud merehab masjid? Ternyata sebagian besar karena ada unsur kesombongan yang dibungkus syiar Islam.

Selasa, 17 Agustus 2010

IMAM TARAWIH DAN TA'MIR MASJID AL-ISTIQOMAH



TA'MIR MASJID SEDANG BERMUSYAWARAH
MEMBAHAS KEPANITIAAN ZAKAT MAL





BAPAK SAHID SEDANG MEMBERIKAN
KULTUM SEUSAI SHALAT TARAWIH


KEGIATAN MENGAJI KITAB KUNING DI BULAN RAMADHAN
OLEH USTADZ DAHROZI DAN USTADZ MUKHAROM UZAIR